Berita & Info

Kesadaran Masyarakat akan Bahaya Covid-19 Masih Minim Sekali
20 Januari 2021 | oleh Grand Lazzuardi

Kesadaran Masyarakat akan Bahaya Covid-19 Masih Minim Sekali

Indramayu – Anggota DPRD Kabupaten Indramayu, Bhisma Panji Dhewanthara SSi Apt menilai pelaksanaan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) tingkat Provinsi Jawa Barat (Jabar) belum efektif membangun kesadaran kolektif masyarakat.

Hal itu terlihat dari masih ramainya aktivitas masyarakat saat pelaksanaan PSBB. Termasuk dipelosok kampung. Bahkan masih banyak warga yang kurang mematuhi protokol kesehatan pencegahan penularan Covid-19. Seperti memakai masker, sarung tangan non medik, social distancing maupun physical distancing.

“Masih belum terbentuk kesadaran kolektif masyarakat tentang bahayanya virus Corona. Kita lihat bagaimana kegiatan masyarakat begitu semarak, seolah tidak seperti ada PSBB,” katanya kepada Radar, Kamis (14/5).

Ramainya aktivitas masyarakat, menurutnya lantaran apa itu PSBB belum dipahami. Padahal, bisa saja mereka memang tidak sakit tetapi telah menjadi pembawa virus (carrier) dan tanpa disadarai justru menularkan penyakit tersebut kepada keluarga.

Sehingga diperlukan sosialisasi, edukasi dan penegakan aturan secara masif supaya masyarakat dapat lebih meningkatkan kesadarannya untuk mengikuti rekomendasi pemerintah guna mencegah penyebaran virus Corona semakin meluas.

Kemudian, hal lain yang membuat PSBB ia nilai kurang efektif adalah tidak adanya pemberian sanksi terhadap masyarakat yang melakukan pelanggaran.

“Kami tetap mengapresiasi upaya pemerintah, Polri, TNI dan banyak pihak yang terlibat dalam penerapan PSBB ini. Harus kita dukung supaya PSBB ini benar-benar efektif dalam pelaksanaannya,” ujar Bhisma Panji Dhewanthara.

Legislator Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dari Dapil 6 ini turut mengajak masyarakat agar mematuhi aturan. Bagi warga usia rentan sebaiknya tetap dirumah dan hindari kontak dengan OTG, ODP apalagi PDP. Demikian pula orang dengan penyakit degeneratif yang sudah nampak.

Warga yang terpaksa harus keluar rumah, mesti bertanggung jawab atas kesehatan dirinya sesuai protokol kesehatan dengan senantiasa melakukan desinfeksi setiap ingin masuk ruang yang sudah aman.

“Bagi masyarakat yang menjadi atau kontak dengan OTG, ODP, PDP harus menyadari diri untuk melapor dan melaksanakan anjuran pemerintah sesuai protokol kesehatan,” ujarnya.

Agar sisa waktu penerapan PSBB lebih efektif, dia menyarankan agar dilakukan pengawasan terhadap pekerja buruh migran. Pekerja di luar Indramayu, santri, pelajar dan mahasiswa dar luar daerah, masyarakat yang pulang kampung dengan membangun kesadaran mereka untuk mengisolasi diri di rumah selama 14 hari.

Lalu juga perlu dibentuk jaring penangkap di sektor transportasi baik stasiun kereta api maupun jalan raya disetiap perbatasan selama 24 jam. Rest area di SPBU dan warung makan pinggir jalan raya pantura perlu diingatkan masalah desinfeksi di zona tersebut.

“Saya lihat juga penerapan PSBB ini belum menyentuh area pasar tradisional maupun lokasi perbelanjaan. Penggunaan masker, sarung tangan non medik dan physical distancing belum diterapkan secara optimal. Perlu dibentuk  kepedulian sosial diantara masyarakat desa,” tandasnya.

Beredar Vaksin Abal-abal yang Tidak Memiliki Izin BPOM!
22 Januari 2021 | oleh Grand Lazzuardi

Beredar Vaksin Abal-abal yang Tidak Memiliki Izin BPOM!

Jakarta - Badan Pengawasan Obat dan Makanan RI BPOM melaporkan hasil temuan saat melakukan operasi penindakan obat tradisional tanpa izin edar atau ilegal di Rawalumbu, Bekasi. Puluhan barang bukti diamankan yang diperkirakan bernilai miliaran rupiah.

Barang bukti yang ditemukan sebanyak 60 item, 78.412 buah obat tradisional. Diperkirakan jumlah barang bukti setara dengan 3,25 miliar rupiah.

Barang bukti ini ditemukan berdasarkan laporan masyarakat yang menyebutkan adanya gudang penyimpanan dan pendistribusian produk obat tradisional dan pangan olahan ilegal. Para pelaku berhasil meraup omset sampai miliaran rupiah.

"Dari operasi ilegal ini, tersangka berhasil mendapatkan omset miliaran rupiah setiap tahunnya," kata Kepala BPOM Penny K Lukito saat konferensi pers daring, Jumat (25/9/2020).

Kita Patut Apresiasi Kinerja Para Tenaga Medis di Masa Pandemi
8 Februari 2021 | oleh Grand Lazzuardi

Kita Patut Apresiasi Kinerja Para Tenaga Medis di Masa Pandemi

Pandemi Covid-19 yang kini masih berlangsung menjadi medan perang bagi tenaga medis di seluruh dunia, tak terkecuali di Indonesia. Tak mudah bagi mereka untuk berjuang dalam menangani pasien Covid-19, mengingat virus ini memiliki risiko penularan yang sangat tinggi dan tidak terkendali. Menangani pasien Covid-19 tak hanya menjadi tugas utama para tenaga medis ini—mulai dari dokter, perawat, dan pekerja rumah sakit. Mereka pun harus memastikan diri mereka agar tetap sehat dan meminimalisir risiko penularan Covid-19, sekalipun mereka berada di zona merah.

Terlepas dari itu, di tengah berlangsungnya pandemi, para tenaga medis yang sebenarnya merupakan pejuang yang bertempur melawan Covid-19 di garda terdepan, justru kerap dikaitkan dengan stigma negatif bahwa mereka adalah pembawa virus.

Munculnya stigma dan diskriminasi di masyarakat terhadap para tenaga medis ini terjadi di beberapa kota di Indonesia, termasuk Jakarta. Berada di zona merah dan menangani pasien Covid-19 setiap harinya, membuat banyak pejuang medis tak diterima di tempat tinggal mereka, selain mereka juga khawatir untuk pulang karena takut membawa virus dekat dengan keluarga mereka. Akhirnya, selama menjalankan tugas mulianya, banyak dari tenaga medis terpaksa tinggal di rumah sakit dan berpisah berbulan-bulan dari keluarganya. Sayangnya, ruangan-ruangan yang tersedia di rumah sakit bukanlah tempat yang ideal bagi para pejuang medis ini untuk melepas rasa lelah fisik dan mental.

Denda Sopiyatna, salah satu perawat di RSPAD Gatot Subroto yang sehari-hari menangani pasien Covid-19, merasakan sendiri adanya stigma negatif masyarakat terhadap tenaga medis yang menangani Covid-19.

"Stigma itu membuat kami merasa dipinggirkan. Saya harus berbesar hati menghadapi stigma masyarakat dan juga berjuang dengan rasa takut berhadapan dengan Covid-19," ujar Denda. Ia dan rekan-rekannya sesama pekerja medis memahami bahwa pekerjaan mereka sangat berisiko.

"Yang kami takutkan adalah pulang ke rumah dan akan menularkan penyakit ini kepada keluarga kami. Selama ini, beberapa tim medis dari kami ada yang tinggal sementara di rumah sakit. Mereka terus berjuang agar pandemi ini selesai. Saya akan merasa lega jika ada pihak yang tergerak membantu menyediakan penginapan bagi kami, agar kami dapat beristirahat dengan nyaman tanpa khawatir menularkan virus kepada keluarga sehingga kami bisa tetap semangat melanjutkan perjuangan di garda terdepan melawan Covid-19," ungkap Denda.

Menurutnya, ketersediaan tempat beristirahat untuk tenaga medis di masa pandemi menjadi salah satu kebutuhan yang harus dipenuhi. Ia berharap permasalahan ini dapat terjawab melalui program-program seperti #TempatSinggahPejuangMedis yang diinisiasi oleh Yayasan Habitat for Humanity Indonesia, bekerja sama dengan dompet digital DANA serta platform crowdfundingKitabisa.com dan BenihBaik.com.

Sementara itu, dr. Hendrawan Kantawijaya, salah satu dokter di RSPAD Gatot Subroto yang sehari-hari menangani pasien Covid-19 juga mengakui kekhawatirannya untuk pulang ke rumah. "Sebagai dokter yang menangani pasien Covid-19 di kala pandemi ini, kami memang tidak dianjurkan untuk kembali ke rumah karena tenaga medis lebih rentan dan lebih berisiko terpapar Covid-19," ujarnya.

Senada dengan Denda dan dr. Hendrawan, Puji, perawat yang juga bekerja di RSPAD Gatot Subroto, mengakui bahwa dirinya sempat merasakan terpaksa pulang ke rumahnya di kawasan Ciputat, Tangerang Selatan. Karena tak bisa menggunakan transportasi publik, ia mau tak mau harus mengendarai motor untuk pergi bekerja dan pulang ke rumahnya.

"Di awal masa pandemi, saya biasa pulang ke rumah di waktu subuh. Ada ketakutan jika di jalan ada begal. Lain lagi sesampai di rumah, saya harus menjaga jarak karena Ibu saya punya riwayat penyakit diabetes dan Ayah saya punya hipertensi. Mereka sangat berpotensi terserang Covid-19. Saya sedih, tapi akhirnya saya bersyukur karena sekarang sudah mendapatkan tempat singgah. Meski harus sahur dan berbuka puasa tanpa keluarga, setidaknya saya merasa lebih tenang," ujar Puji.

Meski beberapa tenaga medis telah mendapatkan tempat singgah yang layak dan aman untuk beristirahat, tapi perjuangan belum selesai. Hingga saat ini, donasi #TempatSinggahPejuangMedis yang terkumpul baru mengakomodasi sekitar 30% dari total tempat singgah untuk 600 tenaga medis yang menjadi target awal. Dukungan bagi gerakan #TempatSinggahPejuangMedis masih terus diharapkan untuk menyediakan tempat beristirahat yang layak dan nyaman, serta memenuhi standar keamanan dan kesehatan bagi para tenaga medis Indonesia yang bertugas menangani pasien Covid-19.

Update Corona Global: 10 Negara dengan Kasus Terbanyak | Kata WHO soal Asal Covid-19
11 Februari 2021 | oleh Grand Lazzuardi

Update Corona Global: 10 Negara dengan Kasus Terbanyak | Kata WHO soal Asal Covid-19

Penyebaran virus corona secara global, masih terus bertambah dari hari ke harinya. Melansir data dari laman Worldometers, hingga Rabu (10/2/2021) pagi, total kasus Covid-19 di dunia terkonfirmasi sebanyak 107.375.449 (107 juta) kasus. Dari jumlah tersebut, sebanyak 79.265.480 (79 juta) pasien telah sembuh, dan 2,348,659 orang meninggal dunia. Kasus aktif hingga saat ini tercatat sebanyak 25.613.649 dengan rincian 25.658.714 pasien dengan kondisi ringan dan 102.596 dalam kondisi serius.

Berikut 10 negara dengan jumlah kasus Covid-19 terbanyak:

1. Amerika Serikat: 27.789.872 kasus, 479.382 orang meninggal, total sembuh 17.614.073
2. India: 10.858.300 kasus, 155.280 orang meninggal, total sembuh 10.559.604
3. Brasil: 9.602.034 kasus, 233.588 orang meninggal, total sembuh 8.523.462
4. Rusia: 3.998.216 kasus, 77.598 orang meninggal, total sembuh 3.493.886
5. Inggris: 3.972.148 kasus, 113.850 orang meninggal, total sembuh 1.983.650
6. Perancis: 3.005.487 kasus, 80.147 orang meninggal, total sembuh 235.717
7. Spanyol: 2.881.793 kasus dan 63.061 orang meninggal
8. Italia: 2.655.319 kasus, 92.002 orang meninggal, total sembuh 2.149.350
9. Turki: 2.548.195 kasus, 26.998 orang meninggal, total sembuh 2.437.382
10. Jerman: 2.302.051 kasus, 63.271 orang meninggal, total sembuh 2.057.300.

Indonesia

Kasus virus corona di Indonesia tercatat juga mengalami peningkatan, baik dari jumlah kasus, sembuh, maupun yang meninggal dunia. Hingga Selasa (9/2/2021) pukul 12.00 WIB, kasus positif Covid-19 bertambah sebanyak 8.700. Sehingga jumlahnya saat ini menjadi 1.174.779 orang. Sedangkan untuk kasus sembuh, juga ada penambahan sebanyak 10.424 orang. Penambahan itu sekaligus menjadikan total pasien yang telah sembuh menjadi 973.452 orang. Namun, pasien yang meninggal dunia karena infeksi Covid-19 ini juga ikut bertambah sebanyak 213 orang. Maka, jumlah pasien yang meninggal dunia kini jumlahnya menjadi 31.976 orang.

Inggris

Pemerintah Inggris mengatakan akan memperketat perbatasan mulai Senin, 15 Februari, guna membantu mencegah masuk varian baru Covid-19 ke negara tersebut. Otoritas akan mewajibkan karantina hotel di Inggris bagi mereka yang tiba dari negara-negara paling berisiko Covid-19. "Kami sedang menyiapkan sistem baru karantina hotel bagi warga Inggris dan Irlandia yang berada di negara-negara zona merah (Covid-19) dalam 10 hari terakhir," kata Menteri Kesehatan Matt Hancock dilansir dari Reuters, Selasa (9/2/2021).

Mereka yang tiba harus menjalani karantina di hotel rujukan, yang mereka pesan sebelumnya sebelum keberangkatan dan setiap pendatang dikenai biaya 1.750 pounds. "Hotel-hotel rujukan Covid-19 akan dijaga petugas. Penjelasan lebih lanjut akan diumumkan pada Kamis (11/2/2021)," kata Hancock. Pemerintah mengatakan telah menyewa 16 hotel untuk 4.600 kamar pertama dan akan menambahnya sesuai kebutuhan.

Iran

Masih dari sumber yang sama, Iran memulai program vaksinasi Covid-19, Selasa, untuk para tenaga kesehatan yang bekerja di unit perawatan intensif (ICU). Laporan langsung siaran televisi pemerintah menunjukkan Parsa Namaki, anak laki-laki Menteri Kesehatan Iran Saeed Namaki, menerima suntikan pertama vaksin Covid-19. Vaksinasi pertama itu disiarkan oleh televisi nasional demi meningkatkan kepercayaan publik terhadap vaksin Covid-19 buatan Gamaleya Institute Rusia, Sputnik V.

Iran telah menerima 10.000 dari total alokasi dua juta dosis vaksin Sputnik V untuk 1,3 juta warganya sampai 20 Maret 2021, kata laporan televisi itu. Iran juga masih menunggu kiriman lebih dari empat juta dosis vaksin buatan AstraZeneca. Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei melarang Kementerian Kesehatan mengimpor vaksin buatan Inggris dan Amerika Serikat. Khamenei menyebut vaksin buatan dua negara itu tidak dapat diandalkan. Ia curiga vaksin itu digunakan untuk menyebarkan penyakit ke negara lain.

Ethiopia

Ethiopia telah mendapatkan 9 juta dosis vaksin Covid-19 hingga April, dan berharap bisa memberikannya kepada sedikitnya seperlima dari 110 juta populasinya pada akhir tahun ini. "Untuk saat ini hingga April kami telah mengalokasikan hampir sembilan juta dosis," kata Menteri Kesehatan Ethiopia Lia Tadesse, Selasa. "Dalam tahun ini kami ingin memastikan kami mendapatkan sedikitnya 20 persen dari populasi," kata dia kepada Reuters.

Ethiopia terbuka untuk menerima sumbangan vaksin, tambah Lia, dan mengatakan negara itu tidak melakukan pengadaan dosis secara mandiri tetapi hanya melalui Fasilitas Covax. Lia tidak merinci vaksin mana yang akan diterima Ethiopia melalui Covax. "Kami tidak mendapatkan vaksin khusus, yang kami dapatkan berdasarkan ketersediaan fasilitas Covax," ujar dia.

Amerika Serikat

California pada Selasa (9/2/2021) sedikit lagi melampaui New York sebagai negara bagian AS dengan kematian terbanyak akibat virus corona, di tengah peluncuran vaksin dan penurunan kasus baru. Kematian akibat Covid-19 di California mencapai 44.495 pada Senin (8/2/2021) malam, menurut perhitungan Reuters. Angka ini hampir menyamai jumlah kasus kematian akibat Covid-19 di New York yang mencapai 44.693.

"Ini adalah pengingat yang menyayat hati bahwa Covid-19 adalah virus yang mematikan, dan kami berduka bersama setiap warga California yang telah menderita kehilangan orang yang dicintai secara tragis selama pandemi ini," ujar kepala Health & Human negara bagian itu Dr. Mark Ghaly. Salah satu alasan tingginya angka kematian California adalah populasi negara bagian yang sangat besar, yakni 40 juta orang. Jika dilihat dari segi kematian per kapita, California, dengan 113 kematian per 100.000 penduduk, menempati urutan ke-32 di negara itu.

WHO

Kepala tim Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yang menyelidiki asal-usul Covid-19 mengatakan, kemungkinan besar kelelawar tetap menjadi sumber virus Covid-19. Selain itu, penularan virus melalui makanan beku adalah kemungkinan yang memerlukan penyelidikan lebih lanjut. Akan tetapi, dia memutuskan untuk mengesampingkan faktor kebocoran laboratorium.

Melansir Reuters, Selasa (9/2/2021) menurut Peter Ben Embarek, yang memimpin tim ahli independen dalam kunjungannya selama hampir sebulan ke kota Wuhan di China, kerja tim WHO telah mengungkap informasi baru tetapi tidak secara dramatis mengubah gambaran mereka tentang wabah itu. "Jalur yang mungkin dari spesies hewan asli apa pun sampai ke pasar Huanan bisa mengambil jalur yang sangat panjang dan berbelit-belit yang melibatkan juga pergerakan lintas batas," ucap Embarek. Embarek mengatakan pekerjaan untuk mengidentifikasi asal-usul virus korona menunjuk ke reservoir alami kelelawar, tetapi kecil kemungkinannya mereka berada di Wuhan.