Mengabaikan Pengeluaran-Pengeluaran Kecil (Latte Factor)
Berbicara mengenai latte factor tidak bisa dipisahkan dari pengelolaan keuangan. Latte factor ini merupakan pengeluaran yang sebenarnya tidak terlalu penting namun rutin dilakukan. Contoh, pengeluaran untuk membeli cemilan, makan di luar, rokok, membeli minuman dalam kemasan, dan masih banyak lagi.
Sederhananya begini, anggaplah Anda selalu membeli kopi setiap hari seharga Rp20 ribu.
Dalam seminggu, tandanya Anda sudah mengeluarkan uang sebesar Rp140 ribu. Kemudian kalikan dalam setahun. Total yang Anda habiskan bisa mencapai Rp7,3 juta. Angka yang lumayan besar bukan?
Itu baru di kopi saja, belum lagi pengeluaran yang Anda habiskan untuk makan di restoran, untuk beli rokok, atau mentransfer uang beda bank setidaknya satu kali sehari selama 30 hari dengan biaya transfer sekitar Rp6.500 per transaksi.
Pengeluaran bocor halus ini (Latte Factor) sebenarnya bisa dikontrol dan diminimalkan, sehingga Anda akan mampu memaksimalkan profit dan memangkas biaya.
Gimana ya cara menghindari bocor halus pengeluaran sehari-hari?
1. Membuat catatan pengeluaran untuk setiap sen yang Anda keluarkan setiap hari
2. Pencatatan pengeluaran tersebut harus dilakukan secara konsisten
3. Mengidentifikasi area terlemah dalam pengeluaran dengan lebih baik
4. Mengurangi latte factor sesuai dengan kemampuan finansial.
Meski begitu, latte factor sendiri bukan tentang mengorbankan kebahagiaan yang berhak kita dapatkan dari “latte” dalam secangkir kopi. Ini tentang bagaimana kita bisa menyaring hal-hal yang memberi nilai lebih pada hidup kita dan yang lebih bermanfaat.
Baca juga:
#Part 2Tidak Mampu Mencatat Transaksi Keuangan Secara Reguler
#Part 1 Tidak Mampu Membedakan Keuangan Personal & Perusahaan